Peradaban Tauhid

Home » Manusia » Menggugat Pendidikan Kita

Menggugat Pendidikan Kita

Thariq Modanggu

Thariq Modanggu

Dari sisi idealita politik, sesungguhnya pendidikan  berperan sangat penting dalam pencapaian salah satu tujuan bernegara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara, bahkan memberi penghargaan kepada pendidikan nasional dengan alokasi anggaran 20 %. Akan tetapi, dari sisi realita politik, pendidikan dalam hal ini para guru yang sesungguhnya bertugas “membebaskan” manusia dari kemiskinan dan kebodohan, di beberapa daerah cenderung “dibelenggu” demi mengamankan kepentingan politik orang-orang atau kelompok tertentu. Kemampuan guru berinteraksi dengan masyarakat cenderung lebih dihargai sebagai corong politik yang murah meriah.

Sementara itu, dari sisi realita kependidikan kita, munculnya sekolah-sekolah unggulan memberi angin segar bagi perbaikan sistem pendidikan kita. Awalnya saya senang, sebab akan muncul generasi yang cerdas dan berkualitas. Belakangan saya menyadari, kehadiran sekolah-sekolah unggulan mengundang ancaman bagi kemanusiaan kita di masa depan.  Batapa tidak, sekolah unggulan ternyata   hanya terbuka lebar bagi anak-anak pejabat dan orang berkantong tebal yang jumlahnya tidak seberapa, dibanding anak-anak yang hidupnya pas-pasan apalagi miskin.  Akibatnya, kualitas lembaga pendidikan ditentukan oleh uang, dan bukan oleh kecintaan kita terhadap manusia lainnya. Sebaliknya, orang-orang miskin hanya bisa mengenyam pendidikan yang apa adanya, yang penting sudah bisa mengajarkan baca tulis. Di masa depan, menurut saya, kelas-kelas dalam masyarakat bakal kian menguat.  Orang-orang berduit  makin pintar dan makin menguasai orang-orang miskin. Mudah-mudahan anggapan saya ini keliru!

Kita juga bisa mengambil contoh dari realita pendidikan keagamaan. Membludaknya peminat fakultas-fakultas pendidikan, fakultas tarbiyah dari UIN, IAIN dan juga STAIN, patut dicermati tidak hanya dari sisi kuantitasnya, tetapi juga patut dipertanyakan motivasinya. Apakah ingin mengabdi untuk Tuhan dan juga kemanusiaan? Ataukah karena fakultas pendidikan memberi peluang besar bagi para sarjana untuk segera mendapatkan pekerjaan. Mengajar! Jika yang terakhir ini yang menjadi motivasi, maka tidak salah lagi ujung-ujungnya adalah uang. Kalaupun ada yang berdalih demi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan, maka seberapa besar prosentasenya dibanding motivasi pekerjaan dan gaji? Kalaupun 100% motivasinya demi pengabdian kepada Tuhan dan kemanusiaan, maka pertanyaan saya, berapa banyak lagi motivasi itu bisa bertahan apalagi diwujudkan ketika mereka bekerja dalam “mesin” birokrasi?

Pembaca yang saya banggakan, kita juga bisa membidik pendidikan umum yang dinilai sebagian orang kurang nuansa ke-akhiratan-nya. Apakah cukup lembaga pendidikan seperti ini hanya menghasilkan lulusan, yang kemudian bisa memperoleh pekerjaan lalu menghasilkan uang, lalu memiliki setumpuk harta benda? Apakah ini sudah cukup?

Jika pertanyaan demi pertanyaan di atas memerlukan waktu dan analisa yang mendalam, maka kita mesti segera menjawab pertanyaan saya di awal bab ini, apa sesungguhnya hakikat pendidikan?. Tetapi lagi-lagi persoalan lain segera menghadang. Bagaimana cara kita mengabstraksikan hakikat pendidikan yang begitu luas.

Karena itu menurut hemat saya, salah satu jalan masuk (entry point) ke samudra ke-pendidik-an yang begitu luas adalah analisis sosio-filosofis. Apa sesungguhnya pendidikan itu? Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa secara sosio-filosofis kita bisa menjawab (baca: menyimpulkan) bahwa pendidikan sesungguhnya adalah “teori dan proses pemanusiaan” “manusia”. Rumusan konseptual ini sejalan dengan pandangan Sudarwan Namin bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia oleh manusia.

Kedengarannya memang hanya sebuah jawaban yang singkat, dan boleh jadi kurang memuaskan. Akan tetapi jangan lupa bahwa “manusia” adalah makhluk yang sangat kompleks. Milyaran manusia yang saat ini hadir di pelataran Bumi hampir bisa dikatakan berbeda satu dengan lainnya. Ini berarti bahwa kita mesti membahas “manusia” secara serius, karena di sinilah letak masalahnya.

Ada Apa dengan Manusia?

Mari kita memulai sub bahasan ini dengan pertanyaan yang agak eksploratif, “Ada apa dengan manusia?” Maaf, Pertanyaan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan “Ada apa dengan cinta”. Sebuah judul film yang digemari kaum remaja.  Sebab bagi saya, pertanyaan ini memang pantas dan layak diajukan sebab manusia adalah makhluk Tuhan yang kompleks.

Kerja keras untuk membidik dan memotret setiap sudut dan lorong dalam  diri kita, sesungguhnya merupakan agenda kemanusiaan yang sangat penting lantaran sentralitas posisi manusia di alam ini. Posisi manusia dalam konteks ini tidak hanya sebagai pemikir atau perencana dan pelaku, melainkan juga karena manusia kerap menjadi “santapan” manusia lainnya. Pun tidak sedikit manusia yang menjadi tumbal atas nama kerja-kerja kemanusiaan, atas nama pembangunan.

Barangkali kita salah satu dari orang yang heran, bingung, bahkan geram melihat tingkah laku “aneh” orang-orang di sekitar kita.  Bahkan boleh jadi, tanpa kita sadari, kita juga sering “berlaku aneh”. Hampir setiap orang yang akan memangku suatu jabatan, dalam pemerintahan misalnya, disumpah atas nama agama, dengan Injil atau al-Qur’an di atas kepala. Tetapi kemudian, dari berbagai media dan di mana-mana kita mendengar orang-orang yang disumpah ternyata kemudian melanggar sumpahnya. Menginjak-injak norma suci yang menjadi saksi sumpahnya.

Tak jarang kepala kita “terpaksa” menggeleng ketika menyaksikan pelanggaran nilai-nilai agama bukan lagi langganan orang awam tetapi  juga orang yang paham, bahkan mendalami agama. Adalagi orang yang diberi amanah oleh rakyat justru mengelabui dan menghianati rakyat. Cinta dan harta yang mestinya “bikin hidup lebih hidup” malah mempercepat kehadiran neraka; memenjarakan dan menyengsarakan. Inikah potret peradaban modern di sekitar kita.? Ini memang sekadar ilustrasi sisi gelap kemanusiaan kita. Secara jujur, keberhasilan manusia modern ‘menyulap’ bahkan ‘mengecilkan’ bumi dengan kecanggihan sarana transportasi dan komunikasi, memang patut dibanggakan.

Kendati demikian, manusia tidak boleh berhenti meneropong, membidik dan memotret dirinya.  Apalah arti segala macam dan bentuk kecanggihan bila manusia kemudian kehilangan ‘dirinya sendiri’, kehilangan citra ilahiah (spiritualitasnya), dan teralienasi.

Menurut hemat saya, dalam rentang waktu yang cukup lama, paling tidak sejak (embrio) kesadaran berpikir (berfilsafat) muncul di masa Yunani Kuno, keinginan untuk mendeskripsikan secara jelas dan konkret hakikat manusia terus dilakukan. Belakangan ini, upaya penelitian dan pengkajian tentang manusia tidak lagi hanya mengandalkan pendekatan filosofis melainkan telah melibatkan berbagai pendekatan seperti psikologi, tasawuf, sosiologi, dan antropologi.

Kendati demikian, hakikat manusia, dalam batas-batas tertentu baru terkuak pada bagian-bagian tertentu.. Tegasnya, esensi dan eksistensi manusia belum dapat disepakati secara universal. Dr. Alexis Carrel dalam buku Man the Unknown menjelaskan kesukaran yang dihadapi dalam menyelami hakikat manusia. “Rintihan” penerima nobel 1948 ini, mengisyaratkan bahwa misteri makhluk hidup secara umum dan manusia secara khusus, ternyata belum se-canggih apa yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya.

Solusi

Usaha yang sistematis dan komprehensif untuk mengembalikan manusia pada posisinya yang terhormat dan bermartabat, menurut saya yaitu dengan membongkar dan membangun kembali ”mesin pemanusiaan” kita yaitu pendidikan. Untuk kepentingan yang menantang itulah alhamdulillah saya sudah merampungkan buku “perjumpaan teologi dan Pendidikan”. Insya Allah tidak lama lagi akan diterbitkan. Semoga.


58 Comments

  1. Novi Lamondo says:

    mo pesan satu bukunya…

  2. Cinta says:

    Why

  3. RASDI I. HULOPI says:

    Sempurna.!!!!!
    Thariq Modanggu ìs the best.!!!
    Hanya itu kalimat yg bisa terucap setelah membaca tulisan bpk. Dalam hati saya bertanya, mengapa hanya bapak yg sampai sekritis itu melihat “pendidikan” kita, smntr yg lainnya diam sj. Sy berpendapat bhw ternyata “Pendidikan” di negara kita khususnya di Gorontalo ini blm berhasil dan akn sulit berhasil. Sebab Sejak awal melangkah, prosesnya sdh tidak benar, Sehingga hasilx pun akn jd tdk benar.
    Kita sepakat bhw Pendidikan adalah “Proses Pemanusiaan Manusia” Nah..lihat sj hasil2 “Pendidikan” disekitar kita., masih seperti apa yg dijlskn dlm tulisan bpk.
    Menurut sy, Solusi yg tepat untuk mengatasì persoalan “Pendidikan” ini adalah dengan melakukan Revolusi, Dan kmudian kt kembali berpegang teguh pada pesan2 Allah dlm alQur’an. Sebab, segala sesuatunya trmasuk Pendidikan sdh dijelaskan dgn smprna di dalamx.

  4. SYAKRIA TULABU says:

    Subhanallah…maha suci Allah yang telah menciptakan manusia dengan kesempurnaan akalnya.

    sungguh sebuah tulisan yang sangat menggugah akan realitas pendidikan yang ada. tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan kita.dengan melihat pendidikan yang ada khususnya di gorontalo belum dapat dikatakan berhasil. karena jika mengacu pada kata “proses memanusiakan manusia oleh manusia” sepertinya saat ini proses tersebut belum berjalan sesuai dengan kata tersebut di atas. mengapa demikian ??? karena sesuai realita yang kita lihat bersama bahwa hanya mereka yang berkantong teballah yang berhak mendapatkan pendidikan. namun bukanlah arti pendidikan yang sesungguhnya yang mereka cari, melainkan pendidikan berlandasakan “money” bukanlah knowledge” yang dapat bemanfaat bagi orang lain tapi untuk kepentingan pribadi.maka dengan adanya tulisan bapak ini, semoga dapat membuka cakrawala pendidkan yang lebih perfect lagi. semoga!!!!! good luck 4 bapak Thariq Modanggu, M.Pd.

  5. sadam says:

    betul,,betul,,betul.
    untuk,, solusinya saya sangat setuju.

  6. Ismail ibrahim Katili says:

    Banyak yg memuat tulisan di blog ini, namun hanya tulisan bpk yg menyita perhatian. Sy Sangat tertarik dg pembahasan ttg manusia dan pendidikan, dan jika sdh terbit bukunya, tolong infokn dmn sy bs membelinya. Mesin2
    Pendidikan harus di arahkan.. Jgn sampe hanye dijadikan mesin Politik oleh penguasa, seperti yg terjadi di gorut.

  7. Yusni Biliu says:

    Realitas Pendidikan kita saat ini sudah sangat memalukan dan memilukan. Prinsip2nya pun sdh tdk dihiraukn lg. Ini terjadi karena ulah manusia yg pintar otaknya tp bodoh hatinya. “Barang siapa yg mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya, dan barang siapa yang sudah mengenal Tuhannya maka bodohlah dirinya”.

  8. ISMAIL IBRAHIM KATILI says:

    Pendidikan adalah kebutuhan manusia. dapat dibayangkan bgm jadinya jk tdk ada pendidikan d dunia ini. namun realitas saat ini sangat menyesakkan dada. smua pihak hanya memikirkan kepentingan pribadi. seolah pendidikan tak prnh ada. sy brdo’a smoga smua pihak bs memahami niat tulus bpk.

  9. SINCE HAJAMATI says:

    Pendidikan adlh Proses Prubahan tingkah laku, yg tentunya sukses tidaknya brgantung pada para pelaku2 pendidikan. jangan sampai yg diharapkan sebagai motor penggerak pendidikan malah hanya menjadi pecundang2 penguasa. sy setuju dan siap menggugat pendidikan kita saat ini yg blm ssuai dgn visi-misi dan tujuan pendidikan nasional.

  10. Maspa imran says:

    Saza sangat setuju dengan pendapat bapak. Kalau kita tidak mengkritisi pendidikan kita mak akan seperti ini terus keadaanx. Pendidik yg seharusx mendidik malah hanya terus dijadikan sapi perahan pd saat2 menghadapi pesta demokrasi. Maju terus pak. Kami selalu bersama bpk.

  11. Maya Rifka Abdulah says:

    Jika kita mengkaji Konsep Manusia menurut Almaududi. Maka akn relefan dgn penjelasan bpk. Dmn brbagai Potensi dan 3 kemampuan/sifat dasar mc jk dapat diaktualisasikan dan difungsikan maka manusia akan mencapai derajat yg tinggi dan mampu menciptakan berbagai ilmu Pengetahuan / menjadi Pendidik. Sehingga tdk dapat dijadikan alat pemuas dan mesin politik oleh para Penguasa zolim.
    Pendidikan adalah upaya membimbing, membantu dan mengarahkan Peserta didik agar mampu mengaktualisasikn berbagai potensi yg dimilikinya. Maka yg menjadi pertanyaan apa yg salah., sampai pendidikan saat ini blm dpt memberikan hakikat Pendidikan itu sendiri.?? Mungkinkah sistem atau Pelaku Pendidikan yg salah.!?!
    Terima kasih atas Gugatan bpk atas Pendidikan kita, smoga akan menjadi Perhatian bg seluruh masyarakt indonesia, khususnya bagi para Pemerhati Pendidikan. “Sukses selalu buat Pak ToriQ”

  12. DIANA I. DJUNA says:

    Apa yg akan terjadi jika Pendidikan hanya dipandang sebelah mata. pentingnya Pendidikan mestinya dapat mendorong kita untuk berpikir dan berjuang melawan segala bentuk penindasan. Saya sangat setuju dgn pendapat bpk bhw sukses tidk sbuah misi pendidikan bergantung pada manusia selaku mesin pendidikan. sebab sebagus apapun konsep2 pendidikan itu dibuat, jika tanpa didukung oleh sumber dy manusia maka hasilx adlh kegagalan. SDM yg beraklaq dan dilandasi iman yg menjadi solusi terhadap stiap Prmasalahan, trmasuk masalah Pendidikan. tksh buat Pak toriQ yg ceria lg cerdas.

  13. Basrin gou says:

    Saya sangat setuju dengan apa yang bapak katakan.dimana hanya anak-anak pejabat dan orang-orang yang berkantong tebal yang bisa mengenyam pendidikan sekolah-sekolah unggulan.begitu juga dengan menjadi tenaga pendidik hanya anak-anak pejabat dan orang-orang yang berkantong tebal yang menjadi pegawai negeri sipil.jadi untuk mendapatkan pendidikan dan menjdi tenaga pendidik hanya di nilai dengan uang.kemudian untuk mencapai tujuan proses pemanusian manusia yang berkualitas,kita harus membengkeli mesin pemanusian manusia,”tenaga pendidik” dan memproduksi mesin pendidikan yang berkualitas dan profesional. BY BASIN GOU

  14. Rasmin idrus says:

    Menurut pemikiran hemat” saya!
    Sesungguhnya menggugat pendidikan kita yang bapak buat sudah bagus dan insyaallah akan membuat para pendidik,pejabat,dll menjadi sadar dan bertobat dan mudamudahan mereka mempunyai naluri kesadaran yang ada pada diri mereka.akan tetapi saya selaku mahasiswa yang di berikan kesempatan untuk mengomentari tulisan ini saya ingin memberikan pertanyaan dan saran.
    Pertanyaan:
    apakah tulisan ini hanya membahas seputar pendidikan yang ada d sekolah seputar gorontalo atau indonesia.
    Saran:
    kalau boleh,lebih di perjelas lagi pendidikan yang di gugat ini berada di tinggkat/seputaran mana.

  15. Anita A. Karim says:

    Saya setuju dengan pendapat bapak.saya menyadari ternyata orang-orang lebih menomor satukan uang dari pada pendidikan. kalau kita sadari bersama dari pendidikannya orang bisa menghasilkan uang dan tidak ada lagi orang-orang yang hidup dalam kemiskinan.
    By Anita A. Karim

  16. Fatmah H. Ujulu says:

    Setuju!. Menurut pendapat saya di masa sekarang hanya uang, uang dan uang yang selalu diperhatikan dan tidak memikirkan bagaimana caranya meningkatkan pendidikan di negara kita. saya pribadi menjalani pendidikan di IAIN ini hanya ingin mendaptkan pendidikan yang belum saya dapatkan dan ingin membaginya kepada generasi selanjutnya.
    pendidikan dinegara kita belum berhasil dan sulit ditingkatkan.karena sejak pertama kali melangkah prosesnya sudah salah sehingga hasilnya pun tidak akan benar.
    menurut saya solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan ini adalah kita harus kembali berpegang teguh pada apa yang telah di jelaskan dalam Al-Qur`an.

    By. Fatmah H. Ujulu

  17. Nurnaningsih Rahmola Otoluwa says:

    Semua yang bapak uraikan benar. meskipun disekeliling kita masih ada puing-puing perjuangan akan penyelamatan akan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
    menurut saya kalimat yang tepat untuk tantangan ini adalah bagaimana kita berjuang, dan terus berjuang untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
    sebagamana pepatah mengatakan bahwa katakan yang benar, meskipun itu pahit.

    dari Nurnaningsih Rahmola Otoluwa

  18. Aldhen says:

    Mhon Maaf. sebelumnya. saya adalah orang yang sempat membaca tulisan ini. saya bukan mahasiswa IAIN. tapi saya senang dengan tulisan Bapak.

    memang benar. apa yang bapak tulis.
    saya hanya bisa berharap semoga saja perjuangan kita semua dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di tanah air dapat terwujud sesuai dengan harapan kita semua. amin

    saya hanya mengangkat satu kalimat dari seorang tokoh Psikologi ( Mario Teguh ) ” Belajarlah berbuat iklas dalam kebaikan “. semoga Allah SWT meridhoi usaha kita ini. Amin

    mohon info kalau bukunya udah terbit.
    salam kenal dari saya

    Mhs. Jurusan Bimbingan & Konseling UNG.

  19. Pince Pakaya says:

    Smua penjelasan bapak sudah sesuai dgn realitas yg ada, mudah-mudahan pihak2 yg berkompoten di bidang pendidikan dapat membaca dan memahami smua pnjelasn bpk, agar pendidikan di negeri akan menjadi lebih baik.

  20. Yamin M Radja says:

    Saya ingin mengetahui sdh sejauh mana upaya Pemerintah dalam memajukan dunia pendidikan kita, dan ternyata upaya yg diberikan blm sejalan dgn misi pendidikan.
    Saya hanya berdoa insyaAllah akan hadir di tengah2 kita, Pemimpin yg peduli terhadap Pendidikan.

  21. Gaflan Bausin says:

    Pendidikan yg berkualitas di tanah air kita hanya dpt terwujud jika seluruh elemen memahami makna dan tujuan pendidikan itu sendiri.
    Apa yg sdh bpk Paparkan di atas sangat tepat dan sudah sesuai dgn Realita yg ada. Sy hanya menyarankn agr tulisan bpk di buku-kan dan di sebarkan kpd Pemimpn dan Masyrkt khususx di daerah ini, agr smua tahu dan sadar bhw selama ini prspsi sbgian bsar masyrkt ttg Pendidikan, sdh keliru.
    Terima kasih Pak ToriQ, smoga bpk akn ttp dlm lindungnNya.

  22. SOFYAN YUSUP says:

    Saya sangat tertarik dengan ulasan bpk ttg Pendidikan. Kalau mau jujur, sesungguhnya Pendidikan di tanah air kita msh banyak yg harus dibenahi, baik sistemx maupun mesin Pendidikan itu sendiri(manusia).
    buku ‘Perjumpaan teologi dan Pendidikan’ mohon segera di luncurkan, smoga dgn hadirx buku itu dpt memberikan dampak positìf terhadap dunia pndidikan kita.

  23. Dince Umar says:

    Banyak Pemerhati Pendidikan di tanah air, namun sampai saat ini blm ada perubahan yg mendasar pd sistem Pendidikan kita. Sy punya saran agar konsep2 pendidikan oleh Abul A’la almaududi, dpt diAdopsi ke sistm pndidikan tanah air kt. Sy yakin jk AlQur’an dan Hadits jd landasan Pendidikan kt maka kejayaan pasti akn kt tmui.
    Terima kasih ats gugatan bpk, smoga sluruh warga Pendidikan dpt tercerahkan.
    Sukses selalu bung ToriQ.

  24. Mertin Yusuf says:

    Setelah membaca tulisan bpk dan semua komentar, Saya tidak dapat mengomentari apapun. Saya cm punya Pendapat bhw bgm pun baiknya sebuah sistem Pendidikan, tidak akn berhasil membentuk manusia indonesia menjadi Pribadi yg dpt diandalkan jika pemimpin/pengambil kebijakan tidak memahami Pentingnya Pendidikan. Saya akan terus berdo’a kepada Allah swt ‘smoga suatu saat, akan hadir di tengah2 kita Pemimpin yg Peduli Terhadap Pendidikan. Maju terus Pak ToriQ, kami selalu bersamamu. Gugatanx “Luar biasa”.

  25. Len Marlina Abdulah says:

    Jika “Pendidikan” hanya dipandang sebelah mata, maka segala sesuatu yg bertalian dgn Pendidikan pun akn terbdngkalai, baik sistimnya, Prosesnya, maupun tujuannya. Namun kunci keberhasilan Pendidikan sesungguhnya hanya tergantung pada Pemimpin atau Pengambil kebijakan. Jika mereka itu Faham dan mengerti akn makna Pendidikan, maka Smua kebijakannya akn memposisikan Pendidikan Pada Posisi yg Priotas. Dgn kata lain, sukses tidaknya Pendidikan bergantung pada pemimpin daerah atau negeri ini. Semoga suatu saat akn hadir Pemimpin yg benar2 Peduli pada dunia Pendhdikan. Tksh.

  26. By Rohani patilima says:

    Alhamdulilah saia bersyukur msh ad org sprti bpk,ju2r saia merasa sngat terharu dgn ap yg bpk tlis dan menjdi bhan bcaan kami,smga dgn tlisan2 bpk in,pendi2kan akn lbh baik,khususx pd peserta di2k dan pd pendi2k qt, terutama d gorontlo!AK,Thariq modanggu, mantafff!!!!

  27. Hajira M. Ali says:

    Sejak Zaman belanda sampai saat ini Sistem Pendidikan di tanah air blm dpt memenuhi harapan akan terbentuknya manusia2 indonesia yg cerdas dan berakhlaq, jika ada, itupun hanya
    1% dari jmlah Penduduk tanah air trcinta ini.
    Saya sependapat dgn bpk, bhw solusi untuk masalah Pendidikan ini adlh Perlu dilakukan Perombakan terhadap mesin pemanusiaan manusia (Pendidikan). Baik sistimnya maupun azasnya. Sehingga dengan demikian, diharapkan terbentuknya Pribadi2 yg cerdas intelektualx, dan cerdas pula emosi dan spritualx.

  28. Novyanti napu says:

    Saya setuju dengan bapak,sebab hanya orang yang berkantong tebal yang bisa sekolah dan yang tidak mampu hanya bisa sekolah sampai lulusan sekolah dasar.padahalal mereka pintar tapi semua itu tidak berarti apa apa.jadi saya berpikir bahwa pendidikan dinegara kita ini sangat memprihatinkan,bagai mana megara kita bisa maju sedangkan pendidikan di negara kita sangat menyedihkan.

  29. Munifa alamri says:

    Pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Jika ada kekurangan pada sistem maupun prosesx, mestinya kita duduk bersama mencarikan solusi yang terbaik. Seperti pendapat pak torik sy sangat mendukung. Manusia adalah kata kunci dari keberhasilan pendidikan. Bgm pun baikx sbuah sistem jika manusia sbg mesinx tdk mampu menjalankan sistem itu maka pasti tdk akn berhasil. Sukses selalu buat pak torik, kami akan selalu menanti kapan lg perjuangan itu.

  30. NASRUDDIN Y. BUKOTING says:

    Bagus.!!!
    Timbul pertanyaan saya. Siapa yang berhak “memanusiakan manusia” siapa subyeknya dan siapa obyeknya
    pendidikan kita morat-marit di karenakan pelaku-pelaku yang tdk bertanggungjawab termaksud pendidikan dan tenaga kependidikan itu sendiri.

  31. JEFRI LAMUSU says:

    Mungkin anggapan Bapak keliru menurut saya dari sisi realita kependidikan. Pertama :sekolah2 unggulan tdk terbuka lebar bagi anak pejabat karna saya salah satu anak pejabat yang tdk bersekolah di sekolah unggulan sebab menurut saya pejabat yg menyekolahkan anaknya di sekolah unggulan bukan karna ingin memperoleh pendidikan yg baik tapi karna faktor gengsi yg tinggi.
    Kedua :mahalnya sekolah unggulan tdk bisa di salahkan pada pemerintah. Krn akn ada siklus yg saling menyalahkan. Dari
    Pemerintah menyalahkan tenaga pengajar yg meminta gaji tinggi. Sedang Tenaga pengajar menyalahkan fasilitas kependidikan dgn harga yg mahal etc…
    ketiga :pendidikan tdk harus mahal jika orng tersebut bersungguh2 ingin belajar. Di HP yg di fasilitasi internet saja orng bisa melihat berbagai macam ilmu pengetahuan.

  32. Hi. Nasir Pakaya says:

    Assalamu Alaikum
    Bapak telah banyak membuat karya tulis/gagasan, tentunya ada manfaat bagi orang lain. Akan lebih efisien apabila bapak selaku pengambil kebijakan, Sehingga semua karya tersebut menjadi satu aturan.

  33. Nurnaningsi Asabi says:

    Semoga suatu saat pendidikan di negeri ini akan lebih baik dari sbt ini. Tak ada lagi dikotomi pendidikan umum dan agama.

  34. Nurnaningsih Asabi says:

    Apapun yg kita lakukan jika tdk dgn nawaitu yg ikhlas dan lillah, maka perubahan tdk akn trjdi.
    Merubah sistem pendidikan yg sdh keliru ini tdklah smudah membalikkan telapak tangan. Mungkin butuh Pengorbanan yg tdk kecil. Buku yg bpk tulìs mohon segera diterbitkan.

  35. Hamang Laiko says:

    Saya sangat setuju dgn pendapat bpk, tp untuk lebih efektif lg jika langsung dengan gerakan2 yg dapat diketahui oleh para penguasa negeri ini (yudikatif, legislatif, birokrasi). Agar sistem pendidikan bs langsung dirubah.

  36. Marlina Paragao says:

    Pendidikan yg berkualitas hanya dpt tercapai jika sistem Pendidikan di Negeri ini dirubah. Apa yg bpk gambarkan diatas itu disebabkan oleh Sistem yg tdk sempurna. Msh ada dikotomi Pendidikan Agama dan Pendidikan Umum. Sudah pash gugatan bpk dgn Realitas Pendidikan kita. Maju terus Pak ToriQ.

  37. LISNAWATI OLII says:

    Saya sangat setuju dengan apa yg Bpk kemukakan,dmana anak-anak pejabat saja dan orang-orang yg berkantog tebal saja yg bisah mendapat pendidikan,sebaliknya ana orang-orang miskin hanya bisah mengenyam pendidikan apa adanya yg penting sudah bisah mengajar baca tulis..bpk. Memang IS THE BEST..

  38. LAILA MALEO says:

    Saya sangat setuju dengan ap yg Bpk katakan tadi..bahwa sebagian besar sarjana sekarang kerjanya hanya bermotivasikan uang saja atau gaji semata-mata bukan bermotivasikan demi mengabdikan kepada tuhan dan kemanusiaan.

  39. Aisah Limonu says:

    Allah swt menghendaki kemakmuran ummat manusia dlm segala bidang. Untuk mencapaix Allah pun sdh memberikan Petunjuk dlm alquran. Kemakmuran dan kesejahteraan hanya dpt dicapai dgn Pendidikan yg berkualitas. Wajah Pendidikan kita saat ini memang pantas untuk digugat. Jika tdk maka kita tdk akn menggapai kemakmuran kecuali org2 yg dikehendakiNya. Saya Setuju dgn Pendapat bpk.

  40. koni kifli gugul says:

    Alhamdullilah dengan adanya kutipan tulisan bapak tariq modanggu……..in.allah manusia bisa merubah tingkah laku yang sangat tidak baik.
    Allah swt sudah bosan dengan perbuatan semenah-menah kita yang sudah tidak sesuai apa yang di ingin kan allah swt.

    Pendidikan adalah salah satu proses perubahan tingkah laku manusia.semuanya tergantung dari bagai mana pendidikan itu menjadi baik.
    ada salah satu contoh seperti di kampus kita mereka mempunyai cara dengan saling menggolong-golongkan……..

    timbul pertanyaan dari saya yaitu bagai mana cara sikap yang baik menjadi pendidik dan di didik……

    NAMA: KONI KIFLI GUGUL
    SEMESTER:TIGA III
    JURUSAN:KI (kependidikan islam)
    MATAKULIA:FILSAFAT

  41. RINALD. D says:

    pendidikan adalah sektor penting daslam kehidupan, tawaran solusi yang nanti akan bapak sampaikan jelas akan menghimbau kepada kita sekalian betapa penting pendidikan dalam kehidupan ini, namun yang menjadi masalah bagi saya adalah, apakah dengan tawaran solusi bapak akan membawa aplikasi kepada manusia di indonesia, yang lebi khususnya di bumi Gorontalo? apakah pendidikan kita hanya akan terus seperti ini ( masalah-tawarn solusi, masalah-tawaran solusi.) ?

  42. bubarkan saja sekolah pak…. baru buat sekolah baru.. sekolah RAKYAT… biar semua bisa menikmati…

  43. RAHMA BAUSIN Nim:08102133 says:

    Kalau kita melihat Pemerataan Pendidikan di Tanah air, khususnya di daerah kita memang masih jauh dari harapan kita. Namun saya yakin jika semua elemen punya kepedulian maka apa yg sedang terjadi seperti yg bpk gambarkan diatas dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Maka olehnya itu saya sarankan agar bpk jangan sekedar menggugat melalui tulisan2 tp sikapilah dengan reaksi2 Positif.

  44. mely lihu says:

    Alhamdulillah dengan hasil karya tulisan bapak THARIQ MODANGGU bisa menggugah hati si pembaca yang khususx mahasiswa dan lebih umumx yang berada di sektor pendidikan.memang benar apa yang di katakan oleh bapak,bhw uang lebih tinggi nilaix di banding dengan pendidikan.pendidikan sekarang tdk sesuai dgn mekanisme yang ada,sehingga pendidikan yang berkualitas tdk akan tercapai apabila hanya melihat nilai uangnya saja.

  45. SRI YULAN PAKAYA says:

    Saya sependapat dengan Bpak…………..
    lembaga pendidikan kita dewasa ini lebih cenderung sebagai ajang “BISNIS”dimana hanya mereka yang berduit yang bisa menguasai DUNIA itu.pendidikan merupkan wadah memanusiakan manusia oleh manusia,saya setuju sekali dengan statmen tersebut.
    ada salah satu beban yang mengganjal pikiran saya ketika saya membaca blog`s ini dimana pada umumnya setiap sarjan yang di hasilkan oleh setip istitut sebagian besar motivasinya adalah uang bukanlah pengabdian bagi kemanusiaan, mungkin ada tapi yang lebih besar motivasinya adalh uang.
    menurut hemat saya, itu bisalah di katakan lumrah krena posisinya mahsswa berada dalam ekonomi lemah yang mungkin tidak bisa menjangkau bangku kuliah , tapi harus di bisa-bisakan karena mungkin salh satu faktor memperbaiki tarf hidup keluarga, sehingga ketika mhsswa itu lulus yang menjadi priorits utama adalah UANG.
    NAH…pertanyaannya siapa yang perlu kiat persalahkan, apa juga jika harus mempersalhkan motivasi itu sendiri ?
    makasi pak ……..
    semoga saya bisa mendapatkan tanggapannya bapak!

    NIM: 08102161
    SRI YULAN PAKAYA

  46. Widyawati Rahman says:

    “Anggapan bapak tenatng orang2 yang berduit makin pintar dan makin menguasai orang2 miskin “itu tidak keliru pak
    contoh yang bisa saya ambil di sekolah ternama di Gorontalo ibunya seorang guru di sekolah tersebut , tetapi anak dari ibu ini tidak bisa sekolah di sekolah dimana ibunya mengajar dikarenakan biaya sekolahnya cukup mahal, dgn gaji yang pas -pasan tidak cukup untuk membiayai,biaya mahal untuk pendidikan sangatlah wajar karena pendidikan itu nilai harganya mahal,biasanya sekolah yang gratis ilmunya juga pas-pasan, bahkan bisa saja seorang guru berkata ” santai saja mangajar penting kwa dorang sekolah gratis ndak bayar, apalagi torang ndak dapa apa2 “. Juga orang tua anak tidak peduli anaknya mau sekolah atau tidak mereka tidak merasa rudi karena tidak mengeluarkan uang.
    Bedanya dengan sekolah yang biayanya mahal oarng tua antusias dan merasa merasa memiliki sekolah tersebut dikarenakan mereka mengeluarkan biaya cukup mahal untuk pendidikan anaknya.mereka cukup berperan memotivasi anaknya sekolah, apalagi di sekolah tersebut out putnya tidak di ragukan lagi,seperi sekolah yang sudah saya jelaskan di atas siswa yang lulus dari sekolah dimaksud luar biasa pengetahuannya, dari kognitifnya, bahasanya. hafalannya, Contohnya anak yang duduk dikelas 3 SD saja udah bisa lulus juz 30 masuk kelas 4 SD sudah masuk juz 29, dan ini sangat berbeda dengan sekolah umum lainnya yang tidak dipungut biaya, jika dibandingkan dengan lulusan SMU sekalipun sama sekali bukan saingan,,nah inilah yang mendorong orang2 berduit untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut meskipun biayanya cukup mahal. yang terpenting hasil yang di capai anak.dan baisanya yang bisa sekolah di tempat ini hanya anak2 pejabat dan orang2 berduit .
    Nah pertanyaannya orang susah atau miskin bisakah mendapatkan pendidikan yang sama ?????.pertanyaan ini kembali lagi pada pemerintah , bagaimana upaya pemerintah agar pendidikan bisa merata sehingga bisa dirasakan oleh masyarakat kalagan bawah.
    Namun bisakah hal ini terwujud jika manusia hanya disibukkan oleh kepentingan pribadi, golongan, da politik saja ????,bahkan saat ini berbuat hal2 yang melanggar aturan sdh menjadi konsumsi halal, kenapa tidak? kemarin saja waktu seleksi pedidik paud di gorut yang lulus sebagiannya orang2 yang tidak memenuhi syarat jadi pendidik , bagaimana saya bisa berkata demikian membuat RKH ( rencana kegiatan Harian ) saja tidak tahu, mengerti tentang NArasi itu apa tidak tahu, bagaimana dia bisa menilai perkembagan anak didik jika dia tidak tahu apa yang dia akan nilai ???,bagaimana GORUT bisa menghasilkan SDM yang berkualitas jika hal ini dibiarkan terus terjadi. Apakah hanya untuk kepentingan pribadi,golongan,serta politik anak cucu kita yang jadi korbannya??? lebih sadis lagi orang yang jadi tempat mereka bertanya bagaiman cara membuat RKH dll malah orang tersebut yang tidak diluluskan ?
    – apa artinya seleksi jika yang lulus hanyalah orang yang bisa lobi sana sini
    by: widyawati rahman
    NIM : 08102144
    STAIN : kelas paralel kwandang
    – sampai kapan kebenaran itu di jual belikan ????
    – Inikah yang dinamakan GORUT kota serambi mekah ???
    – siapa yang bisa menjawab pertanyaan saya ini pak ????

  47. novita pusung NIM 08102151 says:

    pendidikan saat ini sudah menjadi bisnis bagi para birokrat, dimana hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengenyam pendidikan yang layak.
    seperti yang dikatakan oleh D.W. Glazer:
    “sesungguhnya sekolah hanya berupa lembaga sekolah saja,tidak lebih dari itu. Ia yang telah mencatat anak-anak dengan kartu kegagalan”.

  48. MARGARETA UAKA says:

    hidup ini adalah sebuah pilihan. jika kita ingin menjadi yang terbaik, brusahalah dengan segala kemampuan yang kita miliki. namun saya meyakini bahwa kita tidak akan meraih apa yang kita inginkan tanpa ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan takkan bisa kita dapat tanpa melalui proses pendidikan, baik formal maupun non formal. tanpa pendidikan jangan berharap menjadi apa2. tapi bagaimana dengan sistem Pendidikan di Negeri tercinta ini?????? benar apa yang bapak ulas di atas. tapi sebaiknya disertai dengan gerakan2 yang dapat merubahnya. terma kasih.

  49. NONTJE PAKAYA says:

    Setelah membaca apa yang bapak ungkapkan dalam tulisan diatas, saya hanya merasa pesimis melihat realita pendidikan saat ini. semoga bapak tetap konsisten memperjuangkan persosalan2 Pendidikan khususnya di Gorontalo ini. teruskan Perjuangan bapak.

  50. SUMARNI OTOLUWA says:

    Pendidikan itu sangat berpengaruh pada pembangunan bangsa. jika sistem dan prosesnya tidak benar maka pembangunan bangsa inipun akan terhambat. setuju dengan gugatan bapak, tapi paling bagus kalau dilakukan lagi gerakan2 yang dapat merombak setiap kesalahan sistem yang berlaku.

  51. MARTA USMAN says:

    saya tidak bisa mengatakan apa2 lagi setelah baca semuanya. tapi saya ada satu saran buat bapak, kalau boleh cobalah membangun sebuah tempat pendidikan yang sistemnya seperti yang bpk inginkan, agar menjadi contoh bagi sekolah2 lain.

  52. SURIYATI NH PARAMATA says:

    Banyak sekali persoalan2 bangsa ini yang belum selesai, ini semua karena imbas dari rusaknya sistem pendidikan kita. coba kita bayangkan, orang yang ingin melanjutkan study itu dimintai biaya yang mahal, belum setelah ia selesai study dan masuk cpns lag2 dimintai uang, maka jangan heran ketimpangan terjadi sana-sini. maju terus pak torik.

  53. ASNA PAKAYA says:

    Sebagai seorang Bunda PAUD saya merasa prihatin melihat kenyataan Pendidikan di Negeri tercinta ini. semestinya pemerintah lebih memprioritaskan anggaran untuk pendidikan bukan hanya 20% tetapi sejatinya 40% dari jumlah APBN/APBD. sebab apa yang terjadi selama ini di dunia pendidikan kita itu disebabkan oleh minimnya anggaran Pendidikan. apa yang saya alami sebagai guru PAUD juga sangat tragis. betapa tidak, kami hanya seperti corong politik bagi oknum2 pejabat yg berkepentingan. begitulah nasib guru PNS/GTT saat ini.

  54. TRIANTI UNO says:

    Menurut saya pendidikan bisa dikatakan juga suatu kewajiban untuk semua orang dengan tidak melihat miskin dan kaya seseorang.

  55. SUMARTO RAHMAN says:

    menurut saya ” pendidikan harus kita perbaiki (reformasi pendidikan). adapun menggugatnya penting tapi lebih penting adalah masuk kedalamnya akan merubahnya dari dalam sehingga kita bukan musuh para pembuat kebijakan akan tetapi kitalah sang pembuat kebijakan itu. dengan begitu kita tidak mendengar aksi gugat menggugat yang hanya dapat merugikan kita dan pendidikan anak-anak kita.
    by.SUMARTO RAHMAN
    KELAS PARALEL KWANDANG
    SEM.IV

  56. Pendidikn adl kbtuhn manusia,nmun realitasx saat ini smua phak hanya memikirkan kpentingam pribadinya saja.memng benar saat ini hax ank2 pjbt & org2 b’kntng tbal yg bisa mngenyam pndidikn di skolh2 ungguln,bgitupn dgn tnga pndi2kx hanya kluarga pjbt & org2 b’kntng tbal yg bisa lu2s PNS mskpn msh banyk org yg mempunyai klbhn dr mrka,tp…jk tdk punya uang silahkan munduuuur…istilahnya skg ada uang ada PNS .conth kcil sj yg trjdi di anggrk,org yg sdh kuliah smstr IV dtg lngsung k’kpla cab dinas anggrk unt mnjdi tnga honor di sbuah skolah tp apa kt kpla cab dinas itu…?mhn maf anda blm bisa sy trima krna skg blm ada pnrimaan GTT,klaupn ada itu hanya di khusskn bgi org2 yg sdh lu2sn D II,,anda bisa mngjar tp jgn mnghrpkn gaji krna skg blm ada perkrutn GTT,tp apa yg trjdi pak,tiba2 dtg saudra pjbt yg mlmar mnjdi GTT di skolh yg sma & dia hanya lu2sn SMA anehx dy ditrma & lngsng di brkn tnjngan khusus.sy stju dgn bpk bahwa solusi unt mslah pndidikn ini adl prlu di lkukan perombkn trhdp msin pemanusiaan baik sistmx maupn asax,shngga dgn dmikian dihrpkn trbntuk pribadi2 yg crdas intelektualnya serta emosi & spritualx.s

  57. By:YUWAN GOBEL NIM:08102145 says:

    Menurut pndangan hemat saia,benar pendidikan menguat pda anggran pemerintah yg meletkan 20% untk pendidikan,bkan menguat pda kwalitas pendidikan i2 sendiri.yg d tuntut skrg adl bgmana membenahi sektor mutu,pendidikan yg akn mencptakan manusia yg ahli pda bdangx.

Leave a reply to SUMARTO RAHMAN Cancel reply