Peradaban Tauhid

Home » Alam » Gempa dan Tsunami : “Suruhan” Tuhan?

Gempa dan Tsunami : “Suruhan” Tuhan?

Akibat Gempa

Akibat Gempa

Sekali lagi, fenomena alam yang ”singgah” di pulau Sumatra menunjukkan kedahsyatan daya penghancurnya. Melihat dan mendengarnya saja kita tidak tega, apalagi mereka yang merasakan secara langsung bencana itu. Belakangan ini muncul komentar-komentar yang sangat beragam, tudingan miring, bahkan tak jarang pula kita dengar spekulasi-spekulasi teologis yaitu membawa-bawa nama Tuhan dalam menguatkan argumentasinya.

Mungkinkah “Tuhan sudah bosan melihat tingkah kita?” (menyetir lirik lagu Ebit G. Ade)­­­ Pembaca yang budiman, sebaiknya kita mengkaji lebih dalam masalah ini agar kita tidak terbenam dalam kubangan sentimen-sentimen subjektif. Menuduh Barat, merendahkan Aceh apalagi sampai “menggugat” dan menduga-duga Tuhan tidak lagi Maha Adil. Secuil pemikiran berikut ini mencoba menguak bentangan dimensi teologis dalam masalah ini.

Cara Pandang Teologi Fatalistik

Semua peristiwa alam baik yang bersifat mikro (misalnya dalam diri manusia) maupun yang terjadi pada level makrokosmos (alam di luar manusia) semuanya adalah kehendak Tuhan. Pandangan ini didasarkan pada argumen bahwa Tuhan memiliki sifat qudrat dan iradat. Dalam genggaman kekuasaan-Nya segala yang ada di langit dan di bumi. Dari titik pandang ini kemudian muncul anggapan bahwa gempa dan gelombang pasang tsunami adalah kehendak Tuhan. Bahwa semua makhluk, termasuk manusia, tidak lebih dari sekadar ”robot” yang dikendalikan Sang Penciptanya, begitu pula dengan wadah yang ditempatinya, yaitu alam.

Cara Pandang Teologi Rasional

Pembaca, pandangan teologi rasional menginginkan argumentasi yang rasional (masuk akal) atas setiap peristiwa alam, dan menghindari sentimen-sentimen dan spekulasi yang bersifat untung-untungan. Tapi jangan salah sangka,  teologi rasional bukannya menolak qudrat dan iradat Tuhan. Hanya saja sifat dzat Tuhan tidak dilihat sebagai sesuatu yang irrasional (tidak masuk akal) tetapi sesuatu yang rasional. Dengan begitu, teologi rasional meski terkesan berseberangan dengan teologi fatalistik, tetapi itu tidak berarti menolak apalagi meniadakan sifat qudrat dan iradat Tuhan. Hanya saja, Tuhan yang bersentuhan dengan hamba-hamba-Nya melalui sifat-sifat Dzat-Nya, diposisikan secara terhormat dan absolut ketika berhadapan dengan hamba atau makhluk. Patut diingat bahwa Tuhan adalah Pencipta sekaligus Pemelihara yang Ulung alias tiada tandingannya.

Manusia boleh saja disebut pencipta (meski sejatinya hanyalah pembuat) dan pemelihara. Misalnya pesawat terbang, kapal laut, senjata dari yang ringan sampai senjata pemusnah massal. Tapi berbeda dengan Tuhan, manusia menjadi sangat tergantung dan dipengaruh oleh benda-benda ciptaannya. Ketakutan ketika pesawat oleng atau tiba-tiba mesinnya macet, ketakutan ketika bom meledak, ketakutan ketika ban mobil pecah dan masuk jurang, ketakutan ketika kapal laut tenggelam apalagi terbakar, dsb. Kesimpulannya, manusia menjadi sangat tergantung kepada “ciptaannya”.

Tuhan, sekali lagi, tidak tergantung sama sekali dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Sebagai Pencipta dan Pemelihara Yang Ulung, Tuhan tidak perlu repot-repot berurusan dengan makhluk ataupun manusia yang sudah diberi akal, diberi hati nurani, dan diberikan tuntunan universal (ad-Din). Bila kenyataannya manusia tetap saja suka membangkan terhadap perintah-Nya, meng-acuhkan larangan-Nya. Mungkin juga tunduk angin-anginan, ataupun taqwa abu-abu, maka semua itu tidak berpengaruh bagi Tuhan. Hanya Dialah yang tahu secara pasti “ada apa” dibalik setiap peristiwa alam ini.

Gempa dan Tsunami sebagai Sabda Universal

Menurut hemat saya, Tuhan men-set roda kehidupan alam ini dalam “Dwi Sabda Universal” yaitu Sunnatullah dan Inayatullah. Para ilmuan sering menyebut yang pertama sebagai natural law atau hukum alam. Sunnatullah ini mengatur mekanisme, keteraturan dan keseimbangan alam. Sabda universal inilah yang menjamin roda kehidupan di bumi senantiasa berputar dan terus berjalan. Dia yang men-setting semua ini kemudian mengingatkan kita “Sesungguhnya dalam penciptaan langit an bumi, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi yang berakal” (al-Imran: 190). Pengkajian dan penelitian atas tanda-tanda alam itu kemudian melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam konteks sunnatullah inilah muncul gejala alam yang kita sebut banjir, gempa bumi, tsunami dsb. Pada saat yang bersamaan tentu saja kita mengakui kebenaran ayat Tuhan “Rabbana Ma khalaqta haadjal baatilan”: Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. (al-Imran: 191). Makna yang bisa kita tangkap adalah bahwa apa saja yang diciptakan-Nya pasti  ada maksud dan manfaatnya.

Tapi kemudian, kalau kita baca informasi potensi gempa dan tsunami dari Badan Meteorologi dan Geofisika (GP. 18/1) yang memperlihatkan visualisasi sasaran gempa dan tsunami yang nyaris membalut  kepulauan Nusantara, boleh jadi kesadaran magis kita akan berkata, “Tuhan sengaja menghukum penghuni bumi Nusantara”  Tapi apa benar Tuhan seperti itu?

Tsunami

Tsunami

Pembaca, Tuhan tidak seperti kita yang sering membuat hukum dan peraturan, sekaligus juga memanipulasi dan melanggarnya. Salah kita sendiri mengapa peringatan dan pertunjuk Universal (al-Qur’an) lebih diposisikan untuk menakut-nakuti setan, pelipur lara sekaligus pelarian dari kekecewaan dan derita. Atau untuk bergagah-gagahan, misalnya Musabbaqa yang menghabiskan uang milyaran rupiah. “Bisnis yes quraninya no”. Tidak salah memang, tapi bukan ini tujuan sesungguhnya. Akibatnya, substansi al-Qur’an sebagai Hudan (petunjuk), Bayan (penjelas), Furqan (pembeda), Syifa’ (obat/pencerahan) justru terabaikan.

Dalam hukum sunnatullah, setiap jengkal struktur tanah, seekor nyamuk, hingga binatang buas di darat dan di laut, semuanya adalah sesuatu ekosistem yang berpengaruh terhadap tata kosmos, khususnya kehidupan di bumi. Para ilmuan seyogyanya mengkaji dan menjelaskan hubungan antar gejala alam. Misalnya, apa hubungan antara potensi struktur bumi yang berpotensi gempa tektonik dengan daerah tropis, apa hubungan antara keseimbangan ekosistem dan lingkungan dengan terjadinya gempa. Pengkajian yang sungguh-sungguh pada ujungnya akan menguak rahasia alam dibalik gempa dan tsunami.

Gejala alam, baik yang tampak atau pun tersembunyi, yang berpotensi positif atau pun yang berpotensi negatif, menurut saya, adalah bagian dari keseimbangan alam, yang menjadi prasyarat keberlangsungan hidup di bumi. Gejala yang sama terjadi pula dalam diri manusia. Siapa pun harus mengakui bahwa dalam dirinya terbenam potensi positif dan juga potensi negatif.  Keduanya sangat penting dalam menjaga keseimbangan hidup seseorang. Tanpa potensi positif dan potensi negatif tidak ada aktifitas, tidak ada yang namanya kehidupan.

Agama pun diturunkan Tuhan ke bumi untuk menjaga keseimbangan-keseimbangan tersebut. Ketidakseimbangan dalam diri akan berakibat munculnya penyakit, baik sacara jasmaniah maupun rohaniah. Alam pun seperti itu. Kerakusan kita mengeksploitasi alam demi uang, kebuasan kita akan kekuasaan, jabatan dan hawa nafsu berakibat ambruknya kemanusiaan kita, tercemarnya lingkungan, terbukanya lapisan ozon, terkurasnya air tanah, goyahnya gunung-gunung sebagai penyangga bumi, dsb.

Jangan tanya mengapa alam yang tadi-tadinya begitu bersabahat dengan manusia tiba-tiba geram dan bergetar hebat. Potensi negatifnya tiba-tiba muncul dan menunjukkan keaslian wataknya. Terjadilah, antara lain, Gempa dan Tsunam yang begitu dahsyat. Semua ini adalah bahasa dan rumus-rumus Sunnatullah yang tertulis di sisi Tuhan (di lauhil mahfuz) yang sarinya terkandung dalam wahyu Suci al-Qur’an. Jadi, tanpa “campur-tangan” Tuhan pun gempa dan tsunami bisa saja terjadi.

Inayatullah; sebuah bentuk kasih-sayang Tuhan

Berbeda dengan manusia yang tergantung dan dipengaruhi oleh benda-benda bikinannya, Tuhan tidak demikian. Keberadaan-Nya tidak tergantung dan terganggu oleh keberadaan di luar Diri-Nya. Mengapa bisa begitu? Menurut hemat saya, Tuhan adalah satu-satunya Dzat yang memiliki kekuatan Inayatulah, yaitu kemampuan yang jauh melampaui bahkan berada di luar ketentuan Sunnatullah. Api sifatnya membakar, batu cadas, cor beton  adalah material yang sangat keras, karena berenergi pesawat bisa terbang, kapal bisa berlayar dan mobil bisa melaju, bom nuklir adalah pemusnah yang tak kenal ampun, apa saja saja bisa dilumat hancur. Semua itu adalah bahasa dan rumus-rumus Sunnatullah yang hebat tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan Inayatullah (hak dan kemampuan prerogatif Tuhan).

Otoriterkah engkau Tuhan?

Otoriterkah engkau Tuhan?

Contoh kecil, Api bisa membakar apa saja tapi tidak bagi Nabi Ibrahim. Pesawat paling canggih membutuhkan waktu beratus tahun untuk mengitari jagat tapi tidak bagi Nabi Muhammad Saw. Ratusan ribu meninggal dihantam banjir tapi tidak bagi anak yang tersangkut di jala dan orang yang terapung di atas berhari-hari lamanya. Ribuan rumah, bangunan bahkan kuburan luluh-lantah dihantam gempa dan tsunami tapi ada juga masjid dan kuburan yang masih berdiri tegar. Masih banyak lagi kejadian-kejadian “aneh” yang tidak sejalan dengan sunnatullah. Itulah secuil dari bukti-bukti “campur tangan” Tuhan (Inayatullah). Lalu, bagaimana cara mendapatkan Inayatullah? dan bagaimana dengan Kiamat? Apa boleh buat, tulisan ini harus diakhiri. Kapan-kapan insya Allah soal ini akan ditulis tersendiri, atau silahkan tanyakan kepada ahlinya. Wallahu A’lam bi al-Sawwab.


16 Comments

  1. RINALD. D says:

    masalah dalam bangsa kita bukan hanya pada kejadian alam yang kemudian membuat manusia yang penuh dosa tiba-tiba secara serentak bersama-sama pergi ke tempat ibadah. melainkan paradigma (cara pandang) terhadap dunia, setidaknya dengan tulisan bapak dapat memberikan motivasi serta bimbingan terhadap generasi muda. lebih khususnya kepada intelektual-intelektual berpotensi yang sementara duduk di bangku kuliah. baik sekalim apa yang di deskripsikan olek bapak. tapi, tawaran solusiya mesti ad donk, biar nggak berharap pada ahli yang pro status quo. makasi

    Rinaldi d

  2. menurut hemat saya bahwa semua kejadian yang teradi di Dunia merupakan ulah tangan manusia itu sendiri. jadi saya sepakat bahwa tanpa ada campur tangan Tuhan Bencana itu akan terjadi karena telah Allah gariskan dalam Al-Quran bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi ini merupakan ulah tangan manusia itu sendiri

  3. Rinaldi Datunsolang says:

    terlalu naif jika berfikir manusia dalang dari semua kejadian di muka bumi ini, akan sangat fatalisyik juga ketika mengungkapkan bahasa bahwa tuhan-lah yang salah dalam setiap kejadian. sehingganya saya kemudian berfikir bahwa, kedua-duanya. itu yang lebih relefan dengan segala perisyiwa ini.

  4. sri yulan pakaya says:

    subahanllh…….maha besar Allah!ternyata betapa kecilnya kita di hadapan illahi, betapa tidak…dari cara berpikir kita saja terlihat jelas bahwa betapa picik dan sempitnya pikiran kita menyikapi setiap peristiwa yang terjadi , dimana kita hanya bisa menghujat tuhan dengn egoisme dan kerakusan kita, tanpa berpikir bahwa ada campur tangan manusia dalam tragedi ini. intinya jangan terlalu banyak menylahkan siapa2, sebagai manusia banyaklah berintrospeksi diri. Bagi pribadi saya …..dengan adanya blog”s ini telah membuka cakrawala berpikir saya tentang semua yang terjadi ……….terima kasih pak ! krena jujur saya juga berpikiran seperti yang bapk paparkan diatas, dan ternyata saya SALAH BESAR. mksh pk !

    sri yulan pakaya
    NIM: 08102161

  5. mely lihu says:

    menurut saya semua peristiwa yang ada di dunia ini akibat dari manusia itu sendiri.sehingga bisa saja tuhan memberikan teguran kepada mc lewat peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia yang seperti kita lihat sekarang ini,tanpa diketahui oleh mc itu sendiri.

  6. mely lihu says:

    menurut saya semua peristiwa yang ada di dunia ini akibat dari manusia itu sendiri.sehingga bisa saja tuhan memberikan teguran kepada mc lewat peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia yang seperti kita lihat sekarang ini,tanpa diketahui oleh mc.

    mely lihu
    NIM;08102132

  7. SUMARNI OTOLUWA says:

    Saya Setuju dengan argumen bapk!Begitu banyak yang tidk kita ketahui, meskipun kita tahu tapi kita tidak mengetahuinya, YACH SEPERTI ITULH MANUSIA , selalu bersembunyi dalam argumentasi yang substansinya malah menyalhkan orang lain, tanpa sdar dengan apa yang di perbuatnya mengakibatkan penderitan bagi orang lain bahkan juga bagi dirinya sendiri.

    SUMARNI OTOLUWA
    NIM:08102166
    IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
    KELAS KWANDANG

  8. SRI YULAN PAKAYA says:

    subahanallh…..maha besar allah ,ternyata betapa kecilnya kita di hadapan tuhan , Betapa tidak …………dari cara kita berpikir saja terlihat jelasbahwa betapa picik dan sempitnya cara berpikir kita menyikapi setiap musibah yang terjadi ,dimana kita hanya bisa menghujat tuhan dengan egoisme dan keserakahan kita.tanpa kita sadari kita seperti MALING TERIAK MALING. Intinya disini kita banyaklah berintrospeksi dirilah, karena segala yang terjadi di muka bumi ini tak luput pula dari campur tangan manusia itu sendiri Selain Tuhan Sbagai sang pencipta yang ulung .
    Bagi pribadi saya ….jujur tadinya juga sya berpiran sepeti yang bapak paparkan dia atas, tapi dengan adanya blog`s ini telah membuka cakrawala berpikr saya dalam setiap tragedi yang terjadi di dunia ini ,makasih pak …..
    pak…..kenapa sedikit sekali oarang yang seperti bapak yng saya temui ……,
    semoga akan banyak lagi oarang yang punya pikiran seperti bapak! amin

  9. SRI YULAN PAKAYA says:

    subahanallh…..maha besar allah ,ternyata betapa kecilnya kita di hadapan tuhan , Betapa tidak …………dari cara kita berpikir saja terlihat jelasbahwa betapa picik dan sempitnya cara berpikir kita menyikapi setiap musibah yang terjadi ,dimana kita hanya bisa menghujat tuhan dengan egoisme dan keserakahan kita.tanpa kita sadari kita seperti MALING TERIAK MALING. Intinya disini kita banyaklah berintrospeksi dirilah, karena segala yang terjadi di muka bumi ini tak luput pula dari campur tangan manusia itu sendiri Selain Tuhan Sbagai sang pencipta yang ulung .
    Bagi pribadi saya ….jujur tadinya juga sya berpiran sepeti yang bapak paparkan dia atas, tapi dengan adanya blog`s ini telah membuka cakrawala berpikr saya dalam setiap tragedi yang terjadi di dunia ini ,makasih pak …..
    pak…..kenapa sedikit sekali oarang yang seperti bapak yng saya temui ……,
    semoga akan banyak lagi oarang yang punya pikiran seperti bapak! amin

    NIM: 08102161
    IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
    KWANDANG

  10. Widyawati Rahman says:

    “Gempa dan Tsunami ”
    “Tiada suatu bencana yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan dia telah tertulis dalam kitab (Lauth Mahfuzh) sebelum kami menciptakan nya ( QS. Al-Hadid ).
    Tsunami yang kemarin melanda Aceh memang bencana terbesar yang terjadi di Negeri kita tercinta Indonesia.Segala sesuatu yang menimpa manusia itu sudah ketentuan dari Allah yang kita tidak pernah tahu apa Ibroh dikemudian harinya.
    Dilihat dari segia manusianya,ini merupakan teguran dari Allah pada penghuninya karena mereka telah banyak melakukan dosa ataupun maksiat. Aceh yang dikenal sebagai dengan sebutan serambi mekah toh ternyata didalamnya malahan lebih banyak orang2 yang melakukan hal2 yang dilarang Allah.cotohnya di Aceh merupakan daerah yang kedapatan tempat terbesar yang memproduksi ganjah.dimana kita tahu bersama ganjah ini barang haram untuk dikonsumsi, dengan demikian wajarlah jika Allah memberikan cobaan yang begitu besar.nah untuk Aceh yang masih banyak terdapat para ulama saja bisa kena tsunami bagaimana dengan daerah yang didalamnya paling banyak orang2 yang hanya mengejar dunia.

  11. Widyawati Rahman says:

    mf sambungannya…….karena ketidakmampuannya seorang hamba tidak tahu apa yang terjadi dibalik tabir kegaiban yang dilihatnya hanyalah hal-hal yang lahiriyah saja. sedangkan hal-hal yang tersembunyi hanya Allah yang tahu, betapa banyak cobaan yang ternyata adalah karunia dan betapa banyak bencana yang kemudian menjelma menjadi nikmat, pada dasarnya kebaikan itu dibungkus oleh hal-hal yang tidak disukai.
    ” sesungguhnya kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah ” ( Qs. Al- Balad : 4) ayat ini menyatakan tentang hukum alam yang tidak bisa di otak atik tentang penciptaan manusia,bahwa manusia itu harus bekerja keras, harus berada dalam kesulitan, dan harus menjalani kehidupan tertekan, itu artinya manusia harus mengenali kenyataan dirinya dan kemudian membangun siasat bagaimana menghadapi kehidupan.

  12. novita pusung NIM 08102151 says:

    menurut saya,bahwa segala yang terjadi di bumi ini adalah kehendak Tuhan. seperti dalam ayat “tidakl bergerak buih di lautan kecuali dengan ijin Allah”. memang manusia punya andil yang besar terhadap segala kerusakan yang terjadi di muka bumi ini,namun semua itu sudah menjadi sunnatullah.

  13. SUMARTO RAHMAN says:

    Benar kata bapak dalam tulisan “gempa dan tsunami adalah suruhan Tuhan,tentang sunnatullah dan inayatullah atau hukum alam dan kasih sayang Allah saya memahami bahwa dari sisi sunnatullah boleh jadi gempa dan tsunami, banjir, tanah longsor bisa terjadi karena kita tidak menghargai alam,sehingga alam tiba-tiba berrekasi negatif, kesimpulannya adalah manusia akan menikmati apa saja dari apa saja yang dia usahakan……
    akan tetapi boleh jadi juga bahwa tsunami, gempa dan gejala alam lainnya terjadi karena Allah masih mengingnkan bumi ini tetap tetap menyangga langit. Saya memahami ini sebagai (inayatullah) kebakaran dapat mengurangi massa benda yang ada dibumi, benda padat, manusia, bahkan bangunan spontan menjadi abu dan asap, mari kita hitung saja apabila diseluruh dunia tak terjadi kebakaran dan kematian massal tentunya ibarat manusia yang memikul beban berat dan berakhir dengan kematian begitulah bumi yang semakin tua dengan beban yang semakin berat,dan akan berakhir itulah kiamat……….

  14. DESIANA UNO says:

    Gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, merupakan gambaran dari Allah kepada umat manusia akan peristiwa datangnya hari kiamat. Secara tidak langsung Allah memberikan peringatan kepada kita bahwa gelombang tsunami itu belum seberapa jika dibandingkan dengan gelombang yang lebih dasyat lagi yang akan terjadi pada hari kiamat. Maaf bukannnya saya menganggap remeh tentang perkembangan teknologi, tapi dari peristiwa gempa dan tsunami ini ada pelajaran yang bias saya ambil. Yakni pada hakekatnya saya sebagai manusia biasa yang lemah dan tidak berdaya apa apa pasti yakin dan percaya bahwa secanggih apapun teknologi yang ada sekarang ini pasti tidak akan pernah bisa menemukan alat yang dapat mengatasi terjadinya gempa dan tsunami.
    Kenapa demikian? Karena gempa dan tsunami merupakan salah satu bentuk dari sekian banyak tanda tanda kekuasaan, kebesaran dan keesaan Allah.
    Aceh dikenal dengan sebutan “Serambi Mekah”. menurut hemat saya yang namanya serambi kalau tidak dibersihkan pasti akan banyak debu dan kotoran yang melekat dilantai serambi. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh, sudah merupakan cara Allah untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat dilantai Serambi Mekah.

    Desiana Uno
    NIM : 08102125
    Semester IV Jurusan Kependidikan Islam
    IAIN Sultan Amai Gorontalo
    Kelas Paralel Kwandang

  15. Terlalu pcik & smptx pkiran kt unt menykpi stiap pristiwa yg trjdi di alm ini,kt hanya bisa menghujt tuhan dgn egoisme & kerakusan kt tnpa b’fkir bahwa manusialh yg plng b’pran dlm hal ini,mnrt hmat sy smua kjadian yg trjdi di muka bumi ini mrpkan ulah tngan manusia itu sndri & sy spakat tnpa ada cmpr tngn tuhan bncna itu akn trjd,krna tlh di grskan dlm alqur’an bahwa kruskan yg trjdi di mka bumi ini akbt ulah tngan manusia itu sndri,unt itu jgn trlalau mnyalahkn siapa2 sbgai mnusia kt hrs baxk berintrospksi diri.

  16. ASNA PAKAYA says:

    pendidikan di Gorut menurut saya sangat baik jika ditinjau dari sisi politik. namun jika ditinjau dari sisi filsafat pendidikan islam sangat menyayat hati. karena sdh tidak sesuai dengan harapan undang-undang.
    By: ASNA PAKAYA
    KWANDANG Gorut.

Leave a reply to SRI YULAN PAKAYA Cancel reply